SORONG– Dengan kembali menghadirkan narasumber, Hendra Renno Lokollo, Workshop “Penguatan Ekosistem Subsektor Musik di Papua Barat Daya yang digelar anggota Komisi VII DPR RI Dapil Papua Barat Daya, Dr Rico Sia, M.Si bekerjasama dengan Direktorat Musik Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif RI di Layar Gading Restaurant Kota Sorong, Kamis (26/11/2025) diikuti dengan penuh antusias oleh para peserta.

Memakai kaos warna putih yang dibagikan panitia, 50 peserta yang umumnya anak-anak muda Papua hadir dengan penuh semangat. Seperti yang telah digelar di Kabupaten Sorong, rangkaian acara diawali dengan tampilnya kelompok musik akustik dari Sanggar Nani Bili.

Iringan musik akustik yang begitu sempurna dipadu dengan vokal yang begitu selaras membuat semua yang hadir terpana menyaksikan penampilan kelompok musik Sanggar Nani Bili. Mampu eksis dengan tidak mengandalkan sepenuhnya bantuan dari pemerintah, inilah salah satu ekosistem musik yang ingin dibangun dan dikembangkan di Kota Sorong, Papua Barat Daya.

Karena itu dari workshop yang digelar, anggota Komisi VII DPR RI, Rico Sia berharap para peserta yang umumnya anak-anak muda Papua untuk dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin dengan aktif bertanya ataupun memberikan masukan-masukan kepada narasumber. “Saya sangat bangga dan terima kasih karena kakak-kakak semua begitu antusias. Wajahnya masih muda-muda semua,”tandas Rico Sia penuh canda.
Begitu pentingnya kegiatan “Penguatan Ekosistem Subsektor Musik” digelar dijelaskan oleh Rico Sia bermula dari upayanya dalam memperjuangkan Provinsi Papua Barat Daya hingga bisa ikut dalam Pemilu legislatif dan Pilkada 2024 lalu. Selanjutnya, Rico Sia yang duduk di Komisi VII DPR RI memperjuangkan agar Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong yang telah berstatus sebagai Bandara Internasional agar bisa didarati pesawat dari luar negeri.
Saat ini tutur Rico Sia, Ia masih memperjuangkan adanya rekomendasi dari Bea Cukai dan jika semua sudah beres dan pesawat luar negeri masuk ke Sorong maka semua tentu harus siap.
“Kalau pesawat dari luar negeri sudah mendarat di sini (Sorong,Red), lalu kita semua tidak siap sayang sekali. Karena mereka (turis asing) datang ke sini tentunya mereka mau melihat budaya, mereka mau lihat Raja Ampat, mereka mau lihat wisata yang ada di Kota Sorong, penyu belimbing di Tambrauw , Sorong Selatan ada air terjun, Maybrat ada Danau Uter dan sebagainya,”ujar Rico Sia.
Bermitra dengan Kementerian Pariwisata, Rico Sia mengajak ekosistenm musik di Papua Barat Daya untuk turut berperan dan terus bertumbu meningkatkan kreatifitas, inovasi sehingga dapat jadi sumber pendapatan yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Memberikan motivasi kepada para peserta, legislator 2 periode dari Partai Nasdem, Rico Sia mengatakan, setelah mengikuti kegiatan workshop maka di tahun depan, Ia berjanji untuk menantang kemampuan bermusik anak-anak muda Papua yang hadir sebagai peserta dengan menggelar kegiatan lomba.
Sementara itu Sekretaris Deputi Bidang Kreatifitas Media, Bulqis Chairani, SE dalam sambutannyan mengakui adanya potensi khususnya di subsektor musik yang begitu besar di Kabupaten dan Kota Sorong.
Terbukti, Ia menilai penampilan dari kelompok musik akustik Sangar Nani Bili yang begitu luar biasa. Dengan narasumber yang begitu kompeten, Ia berharap kegiatan yang digelar dapat memberikan manfaat bagi kemajuan Kota Sorong dan Papua Barat Daya pada umumnya,
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Sorong yang diwakili Natalia Repi, S.AN. Dikatakan bahwa kegiatan Penguatan Ekosistem Musik merupakan wadah untuk bisa berkolaborasi antara pemerintah, pelaku industri dan komunitas musik yang ada.
“Sehingga akhirnya bisa menghasilkan kreatifitas musik yang baik di era digital saat ini.,”tandas Natalua Repi. “Melalui kegiatan ini dapat tumbuh ide-ide inovatif memajukan ekosistem musik di Papua Barat Daya bisa tumbuh lebih baik dan bisa bersaing,”imbuhnya.
Usai mendengarkan materi dari narasumber Hendra R Lokollo, para peserta pun paham soal bagaimana dan tantangqn apa yang dihadapi oleh ekosistem musik.
Dan tantangan yang dihadapi diantaranya masih terbatasnya infrastruktur, SDM dan ketrampilan, akses pasar dan distribusi serta pembiayaan dan dukungan kebijakan.
Untuk bisa eksis, Hendra mengatakan kelomook musik tentunya dituntut untuk jeli melihat atau mendapatkan peluang seperti bekerjasama dengan pengelola tempat wisata, dimana saat menerima kunjungan wisatawan maka akan dihibur dengan kelompok musik.
Usai menerima materi, dan acara ditutup oleh MC Moza, peserta kemudian menerima sertifikat yang dibagikan panitia. (min)





