WAHLI Temukan 3  Pulau di Raja Ampat Alami Kerusakan 300 hingga 400 Hektare Akibat Tambang Nikel

SORONG– Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WAHLI) Papua menyebutkan terdapat 3 Pulau di Raja Ampat, Papua Barat Daya, mengalami keruskan cukup parah akibat tambang nikel.

WAHLI bahkan menyebutkan terdapat 300 hingga 400 hektare lahan rusak akibat tambang.

“Dalam hasil publikasi kita di tahun 2023 itu sebenarnya kerusakannya sudah parah. Terutama di beberapa pulau-pulau kecil di situ yang paling terdampak,” kata Direktur eksekutif daerah WAHLI Papua Maikel Primus Peuki,  Sabtu (7/6/2025).

Ia mengatakan,  berdesakan data yang diterima aktivitas tambang nikel sudah berjalan sejak tahun 2017. Hingga kini tercatat terdapat 3 Pulau di Raja Ampat mengalami keruskan cukup parah terutama pulau Gag dan Batangpele.

“Sampai saat ini sebenarnya sudah terdata oleh kita itu ada sekitar 4 perusahan di situ. Tapi yang sedang melakukan Aktivitas masif itu ada 3 perusahan,” tegasnya.

Ia mengatakan, 4 perusahan tersebut mulai melakukan pembongkaran dan pengelolaan dan  mengambil material. Perusahaan yang melakukan aktivitas tambang merupakan milik pemerintah.

“Jadi perusahaan-perusahaan ini sebenarnya kalau kita lihat dari garis pemiliknya ini sebenarnya perusahaan-perusahaan pemerintah yang berkaitan langsung dengan Antam,” terangnya.

Ia juga tidak menampik terkait adanya dugaan perusahan milik Menteri Energi dn Sumber Daya Manusia (ESDM) Bahlil Lahadalia.

“Ini kan semua aktivitas ini kan
sudah lagi berjalan termasuk dengan
apa yang diduga milik Bahlil ini ya. Jadi dengan informasi yang kami temukan di lapangan secara kasat mata, memang terjadi pembongkaran juga di pulau kecil itu yang terdapat ruang aktivitas masyarakat,” terangnya.

Ia mengatakan terdapat keruskan lingkungan di 3 Pulau itu sekitar 30 persen. Selian itu terdapat 300 hingga 400 hektare lahan dirusak akibat tambang nikel.

“Kalau misalnya kita lihat terdampak hampir 30-40% itu dampaknya, jadi bisa sekitar keruskan hutan diperkirakan 300 sampai 400 hektare,” bebernya.

Ia melanjutkan, masyarakat yang bermukim di wilayah sekitar tambang kini mulai diserang penyakit.

“Kemarin kita kesana di beberapa kampung itu, terutama di Pulau Gap itu, masyarakat sudah merasakan sakit batu, sesak nafas. Masyarakat menyampaikan ke kita, semenjak adanya aktivitas perusahaan itu,” bebernya. (Cr-4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.