Eksis tanpa Bantuan Pemerintah, Rico Sia Puji Kelompok Musik Para-Para Akustik
SORONG– Diawali dengan penampilan dari kelompok musik Para-Para Akustik yang begitu menyatu dalam irama musik yang sempurna, anggota Komisi VII DPR RI Dapil Papua Barat Daya Dr Rico Sia, M.Si membuka kegiatan Penguatan Ekosistem Subsektor Musik di Provinsi Papua Barat Daya, Selasa (25/11/2025).

Kegiatan yang berlangsung di Lantai 2 Hotel ACC Aimas Kabupaten Sorong ini digelar atas kerjasama anggota Komisi VII DPR RI Rico Sia dengan Direktorat Musik Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf / Badan Ekonomi Kreatif RI.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sorong, Hendrik Momot, ST dalam sambutannya sangat berterima kasih kepada Rico Sia dan Sekretaris Deputi Bidang Kreatifitas Media, Builqis Chairina, SE yang menyelenggarakan kegiatan Penguatan Ekosistem Subsektor Musik di Provinsi Papua Barat Daya.

Dikatakan Hendrik Momot bahwa berbeda dengan Raja Ampat dan daerah lainnya yang pariwisatanya sudah maju, pariwisata di Kabupaten Soronng saat ini baru dimulai. Dengan memiliki beberapa destinasi wisata diharapkan pariwisata di Kabupaten Sorong dapat lebih berkembang.
“Dan salah satu yang kami merasa sangat penting adalah kegiatan hari ini. Kemajuan saat ini sudah berada di era digitalisasi. Dan untuk promosi, kita sudah harus berkembang dengan melakukan promosi digitalisasi. Kami berharap dengan materi hari ini dapat mendukung promosi wisata Kabupaten Sorong untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Sorong dan Provinsi Papua Barat Daya pada umumnya,”ujar Hendrik Momot.
Anggota Komisi VII DPR RI Dapil Papua Barat Daya, Dr Rico Sia, M.Si dalam sambutannya menyampaikan apreseasi yang tinggi kepada kelompok musik, Para-Para Akustik yang telah tampil maksimal dengan eksistensi yang mandiri, tidak bergantung pada bantuan pemerintah.
Seperti diketahui, usai tampil memukau, Para-Para Akuistik menyampaikan profil singkatnya bahwa alat musik yang dimiliki semuanya dibeli secara swadaya. Tanpa menunggu bantuan pemerintah, Para-Para Akuistik yang telah tampil di tingkat nasional hingga internasional bisa eksis dari karya dan kreatifitas yang dimiliki. Dimana dengan ngamen di jalan, di lampu merah, mereka bisa membeli alat-alat musik seperti yang dimiliki saat ini.
“Mereka punya dedikasi, punya motivasi yang luar biasa untuk membuat grup, kelompok yang menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kegiatan ini merupakan kesempatan yang mudah-mudahan akan terus berkelanjutan bersama-sama dengan mitra dari Komisi VII DPR RI untuk terus dapat melakukan peningkatan kapasitas kepada para pemuda pemudi yang tentunya bersemangat terus meraih cita-cita dalam bidang musik,”ujar Rico Sia, legislator Partai Nasdem dua periode dari Papua Barat Daya.
Rico Sia berharap kepada para peserta dapat menyerap materi, ilmu yang diterima dengan baik dan dapat menerapkannya sehingga melahirkan pemuda pemudi Papua yang sama seperti kelompok musik Para-Para Aquistik yang maju, berkembang dengan tidak mengandalkan bantuan dari pemerintah.
“Dengan kreasi, inovasi yang ada bisa bertumbuh menghasilkan bahkan membuat musik jadi sarana edukasi, membuat banyak hal hingga jadi sumber income dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga,”tandas Rico Sia.
Musik adalah Kekuatan Ekonomi Kreatif
Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Kreatifitas Media, Kementerian Ekonomi dan Kreatif, Bulqis Chairina dalam sambutannya mengatakan, kemitraan antara eksekutif khususnya Direktorat Musik Kementerian Ekonomi Kreatif dan legislatif (Komisi VII DPR RI) adalah kunci utama dalam merumuskan kebijakan yang responsif dan implementatif bagi kemajuan sub sektor musik nasional maupun internasional .
“Kabupaten Sorong dengan segala potensi budaya dan kreativitasnya adalah lokasi yang tepat untuk kita mengawali langkah penting ini, kita menyadari betul bahwa musik adalah Bahasa universal sekaligus kekuatan ekonomi kreatif yang mampu menggerakkan roda perekonomian daerah,”ujar Bulqis Chairina.
Dikatakan bahwa kegiatan yang dikuti 50 peserta ini bukan hanya sebagai kegiatan seremonial belaka melainkan panggilan kolektif untuk melihat dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi oleh para Musisi dan pelaku indusri musik di Sorong.
“Ekosistem musik yang kuat membutuhkan penciptaan kreasi dan dukungan para seniman untuk terus berkarya dan memastikan adanya akses terhadap infrastruktur dan teknologi serta platform yang adil untuk karya mereka. Regulasi dan perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) menjamin bahwa setiap karya dihargai secara layak dan musisi mendapatkan haknya,”ujar Bulqis.
Jangan Malu Menggunakan Media Sosial
Menyampaikan materinya, narasumber Hendra Renno Lakollo, S.Kom mengatakan, penguatan ekosistem musik perlu dilakukan secara menyeluruh , meliputi sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, akses pasar, kolaborasi, regulasi dan penciptaan peluang ekonomi kreatif.
Dalam penguatan ekosistem musik, Hendra mengungkapkan tantangan dan isu utama yang dihadapi mulai dari soal keterlambatan infrastruktur, SDM dan ketrampilan, akses pasar dan distrubusi, pembiyaan dan dukungan kebijakan serta dokumentasi dan arsip musik lokal.
Diera digital saat ini, Hendra mengajak para peserta untuk tidak perlu ragu dalam menuangkan kreativitasnya melalui media sosial, Sebab melalui akun media sosial yang ada, karya yang baik pada akhirnya bisa menghasilkan uang. Sehingga menurutnya, untuk menghasilkan karya yang baik tidak perlu menunggu ada rekaman studio dengan bermodalkan HP saja sudah bisa live di media sosial seperti di tiktok.
“Jangan malu untuk menggunakan media sosial. Untuk Musisi-musisi jangan tunggu even. Bikin konten dan live. Konten menarik, banyak yang nonton dikasi gift dan uang masuk,”ujar Hendra.
Kepada para peserta, Hendra juga menjelaskan tentang model Ekosistem Musik Papua Barat Daya yang dimulai dari hulu berupa sumber daya manusia dan talenta, kemudian ada karya yang dihasilkan, distrubusi, konsumsi hingga memberikan dampak ekonomi.
“Dengan strategi penguatan ekosistem secara holistik, subsector musik Papua Barat Daya dapat menjadi motor ekonomi kreatif daerah sekaligus menjaga kekayaan budaya lokal. Sinergi pemerintah, komunitas, musisi, akademisi dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan,”ujar Hendra yang sehari-hari guru kesenian di SMA YPPK Agustinus. (min)






