Kelly Kambu, ST M,Si : Sebagai Warning, Bisa Diserahkan untuk Dipajang di Kantor Gubernur, Kantor Bupati atau ke Kantor Wali Kota
SORONG– Menanggapi kasus pembakaran mahkota Burung Cenderawasih oleh BBKSDA Papua di Jayapura yang saat ini lagi viral di media sosial (medsos), Kepala Dinas (Kadis) Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan (LHKP) Provinsi Papua Barat Daya, Julian Kelly Kambu, ST, M.Si menilai sebenarnya tujuannya baik, tapi caranya dengan cara membakar itu yang kurang tepat.
“Sebenarnya motivasi kita bersama adalah untuk menjaga agar semua pejabat di negara RI ini yang berkunjung ke Tanah Papua untuk tidak menggunakan mahkota yang menggunakan Burung Cenderawasih.seharusnya cukup menggunakan imitasi,”ujar Kelly Kambu.
Ia mengatakan itu tujuannya tentu untuk menjaga kelestarian Burung Cenderawasih agar tetap hidup di habitatnya. “Sebenarnya kami melihat ini kalau mereka melakukan sita itu baik, tapi kenapa harus dibakar. Ya mungkin ditaruh di Kantor BBKSDA atau dipajang dimana bahwa itu sekaligus mengedukasi ini contoh yang tidak tepat, dan ini melanggar aturan yang ada,”tandasnya.
Karena bagaimana pun lanjut Kelly Kambu, kita semua bersama-sama bertanggung jawab untuk menjaga agar tidak ada lagi penembakan terhadap Burung Cnderawasih. Lebih pentingnya pada penembakan Burung Cenderawasih.
Kelly Kambu menilai cara penyelesaian dengan mekanisme pembakaran mahkota Burung Cendrawasih itu cara yang menghasut. “Saya ingin tahu motivasi mereka bakar itu apa,”tanya Kelly Kambu.
Menyinggung jika hasil sitaan memang harus dimusnahkan, Kelly Kambu mengatakan aturan bahwa harus dimusnahkan dengan cara dibakar itu Ia belum baca.
“Seharusnya yang dimusnahkan mungkin seperti miras, nah mungkin bisa dimusnahkan dengan cara-cara seperti itu, tapi terkait dengan Burung Cenderawasih , ini sudah identitas, harkat dan martabat orang asli Papua ada di sana, baru dibakar kemudian diviralkan tanpa ada narasi, nah ini motivasinya apa,,”tanyanya lagi.
Apakah ingin memperkeruh situasi di tanah Papua atau ada motivasi lain. “Kami sebagai Kadis LHKP PBD menanyakan motivasi membakar Burung Cenderawasuh kemudian dikirim ke media sosial itu apa. Harus dinarasikan, supaya jelas, tidak salah multitafsir,”tandasnya.
Ia mengatakan, yang memviralkan pembakaran mahkota Cendrawasug itu pastinya orang-orang yang ada saat pemusnahaan dilakukan. “Kronoogisnya seperti apa, tapi kami ingin bertanya, motivasi membakar, dan pasti yang memviralkan kan mereka disekitar itu juga yang hadir. Dan pasti sebelumnya sudah ada kesepakatan, pembahasan, membakar apa yang sudah disita,”ujar Kelly Kambu.
Dari kejadian tersebut, Kelly Kambu mengatakan, yang pertama, jadi pembelajaran berharga untuk kedepan, khusus untuk Mahkota Cenderawasih yang diambil itu agar tidak terulang.
Kemudian yang kedua, kepada pejabat, gubernur, bupati, wali kota se Tanah Papua untuk membuat peraturan derah (Perda) terkait dengan penggunaan cinderamata atau mahkota kepada para pejabat, apakah itu dalam kunjungan-kunjungan kenegaraan atau kegiatan-kegiatan lokal, regional itu tidak lagi menggunakan Burung Cenderawasih asli, tapi imitasi.
“Sebenarnya kalau kita mau marah, kita juga marah kepada mereka yang tembak-tembak Burung Cendrawasih itu baru dijual. Jadi untuk itu kita harus terus mengedukasi masyarakat Papua bahwa Burung Cenderawasih ini semakin hari semakin langka, dan burung ini kalau hilang dari Tanah Papua itu artinya ada sistem yang hilang dan terganggu sehingga bisa merusak ekosistem lainnya karena semua sudah diatur dan ketergantungan Burung Cenderawasih tergantung dari mana. Jadi semua ada saling ketergangtungan. Kalau Burung Cdenderawasih habis bisa saja ada masalah besar di tanah ini,”tutur Kadis LHKP Papua Barat Daya, Kelly Kambu.
“Cuma sebagai kepala dinas kami kesal, motivasi membakar itu apa, baru kemudian diviralkan. Kalau kita lihat di video itu kan lintas OPD, TNi Polri ada, jadi sebelum membakar mahkota itu pasti ada rapat, ada kesepakatan,”imbuhnya lagi.
Ia menyesalkan, kenapa mahkota Burung Cenderawasih yang disita itu tidak disimpan atau dipajang di kantor. Atau diambil dan diserahkan kepada gubernur atau kepala daerah setempat.
“Misalnya secara simbolis gubernur, bupati, wali kota hadir kemudian diserahkan untuk mereka taruh di kantornya masing-masing untuk tidak lagi menggunakan ini, jadi sebagai warning kepada setiap tamu yang datang untuk tidak lagi menggunakan mahkota Burung Cenderawasih,”tutur Kelly Kambu.
Dengan membakar Burung Cenderawasih, Ia mengatakan, bukan saja masyarakat yang marah, alam pun bisa marah. “Kita tunggu saja, alam marah seperti apa, alam marah karena pembakaran Burung Cenderawasih, bisa saja terjadi. Kalau alam yang marah itu lebih bahaya, lebih baik masyarakatnya bicara daripada alam yang berbicara,”ujarnya.
Yang pasti dari sisi positifnya, pembakaran mahkota Burung Cenderawasih oleh BBKSDA Papua itu memang tujuannya baik untuk menjaga Burung Cederawasih agar tetap pada habitatnya. Tapi caranya dengan membakar kemudian diviralkan tanpa ada penjelasan itu yang disesalkan oleh Kelly Kambu.
“Kenapa tidak diambil kemudian dipajang di Kantor Gubernur, Kantor Bupati, Wali Kota di wilayah itu bahwa ini tidak boleh, dikasi warning. Atau taruh di Kantor BBKSDA atau diserahkan kepada gubernur. Banyak cara untuk tidak menghasut. Ini kan namanya memprovokasi kondiisi yang ada, akhirnya dengan spontanitas masyarakat turun, merasa bahwa wibawa, harga diri, budaya, adat, martabat mereka itu dibakar,”ucap Kelly Kambu. (min)