SORONG– Upacara peringatan Hari korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan yang dipimpin Ketua Harian Badan Pengurus Daerah (BPD) Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kota Sorong, H.Muhammad Taslim, S.Sos, M.Pd di Taman Makam Pahlawan (TMP) Tri Jaya Sakti, HBM Kota Sorong, Kamis pagi, 11 Desember berlangsung khidmat.

Dengan Komandan Upacara, Kapten Inf Yusri Sunir, rangkaian upacara terasa khidmat saat momen menghentikan cipta mengenang jasa para pahlawan termasuk korban 40.000 jiwa yang gugur dalam tragedi pembantaian kekejaman Westerling di Sulawesi Selatan.

Doa memperingati korban 40.000 jiwa di Sulsel secara khusus dipimpin oleh Ust H. Muhammad Nur.

Selain pengurus dan anggota BPD KKSS Kota Sorong, pilar dan ortom, upacara peringatan korban 40.000 ribu jiwa inu pertama kali digelar oleh pengurus BPD KKSS Kota Sorong yang baru dengan Ketua terpilih H. Firman Baco.

Tampak.hadir diantara peserta upacara, Ketua BPW KKSS Provinsi Papua Barat Daya, Ir H. Muhammad Said, ST, IPM, M.Pd ,Penasehat KKSS Dr H. Hermanto Sueb, MM, ibu-ibu IWSS dan para tokoh serta sepuh KKSS lainnya.
Dengan cuaca yang cerah, upacara peringatan korban 40.000 jiwa di Sulsel diikuti dengan peletakkan krans bunga oleh Inspektur Upacara, H. Taslim dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan.
Mewakili Ketua H. Firman Baco yang berhalangan.hadir, Ketua Harian BPD KKSS Kota Sorong, H. Muhammad Taslim mengatakan upacara peringatan korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan setiap tahun digelar.
Bahwa peringatan korban 40.000 jiwa di Sulsel merupakan refleksi dari begitu besarnya perjuangan rakyat Sulsel yang rela mempertaruhkan nyawanya dalam merebut kemerdekaan RI.
“Ini harus menjadi motivasi bagi rakyat Sulawesi Selatan, utamanya generasi muda Sulsel agar berjiwa patriot, berjiwa memberi, berjiwa membangun khususnya di Kota Sorong dan Papua Barat Daya pada umumnya,”ujar H. Taslim.
Sementara itu, Ketua BPW KKSS Provinsi Papua Barat Daya, H. Muhammad Said menilai,korban jatuhnya 40.000 jiwa di Sulsel bukanlah sejarah kelam melainkan sebagai peristiwa yang membanggakan bagi warga Sulsel dimana 40.000 jiwa rakyat Sulsel berperang mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan harkat dan martabat Sulawesi Selatan.
“Kalau seandainya kita rakyat Sulsel penghianat, tentunya kita tidak tahu bangsa ini seperti apa sekarang “ujar H.Said.
Begitu pentingnya mengenang peristiwa pembantaian Westerling yang mengakibatkan jatuhnya korban 40.000 jiwa, H. Said menyampaikan terima kasih kepada KKSS Kota Sorong yang setiap tahun menggelar upacara peringatan korban 40.000 jiwa di Sulsel.
Dari Lapangan TMP Tri Jaya Sakti, peringatan korban 40.000 jiwa di Sulsel dilanjutkan dengan acara ramah tamah di Baruga, Kantor BPD KKSS Kota Sorong, Jln Jendral Sudirman.
Acara ramah tamah yang dipenuhi warga KKSS khususnya dari ibu-ibu IWSS diawali dengan laporan Ketua Panitia,Nuryadi Abot yang menyampaikan beberapa poin pentingnya digelar peringatan korban 40.000 jiwa di Sulsel.
Sejarah korban 40.000 jiwa yang disampaikan dengan lantang oleh Mulfi Heba membuat warga KKSS yang hadir merasakan betapa kejinya penjajah Westerling yang membantai 40.000 jiwa rakyat Sulsel kala itu hinggga setiap 11 Desember diperingati sebagai hari korban 40.000 jiwa.
Ketua Harian BPD KKSS Kota Sorong, H. Muhammad Taslim memberikan apreseasi kepada warga KKSS yang telah hadir dan dinilai sebagai yang terbesar dari tahun-tahun sebelumnya.
“Ini merupakan adanya tanda-tanda kemajuan KKSS,”ujar H. Taslim, mantan anggota DPRD Kota Sorong periode 2019-2024.
Suasana jadi terasa seru dengan sahutan “ewwako, ewwako”, saat Dewan Penasehat KKSS, H. Hermanto menyampaikan sambutan berisi nasihat kepada pengurus KKSS untuk melakukan perubahan managemen organisasi.
“Jangan coba-coba bermain di organisasi dengan pengikutnya. Di organisasi ini tidak boleh ada yang paling dominan, saling menghargai sesama warga KKSS,”tandas H. Hermanto.
Sedangkan Ketua BPW KKSS Papua Barat Daya, H. Muhammad Said berharap KKSS Kota Sorong lebih banyak melaksanakan kegiatan yang bersifat kemasyarakatan.
Acara ramah tamah diakhiri dengan foto dan santap siang bersama dengan sajian khas Sulsel, ‘sop ubi’. (min)







