Sosialisasi Masyarakat Peduli Api di TWA Km 16, Robert Kardinal: Tong Jaga Alam, Alam Jaga Tong

SORONG– Menghadirkan puluhan warga yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Api (MPA),  Sosialisasi MPA yang digelar Kementerian Kehutanan bekerjasama dengan Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Papua Barat Daya, Robert Joppy Kardinal di Taman Wisara Alam (TWA) Km 16, Kota Sorong, Selasa (24/6/2025) berlangsung lancar.

Pose bersama Masyarakat Peduli Api. (rosmini)

Saat membuka kegiatan sosialisasi MPA, Robert Kardinal usai membubuhkan tandatangan di atas lukisan Burung Nuri menorehkan kata-kata indah, “Tong Jaga Alam, Alam Jaga Tong”.

Robert Joppy Kardinal bersama narasumber usai kegiatan Sosialisasi MPA di Taman Wisata Alam Km 16 Kota Sorong. (rosmini)

Sosialisasi ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah pusat khususnya Kementerian Kehutanan  bersama legislatif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan, khususnya di wilayah-wilayah yang rawan kebakaran.

Dalam sambutannya, Robert Joppy Kardinal menegaskan bahwa keberadaan MPA bukan hal baru, tetapi harus terus diperkuat dan diperluas jangkauannya hingga ke kampung-kampung.

“Kita melanjutkan, memang Masyarakat Peduli Api ini sudah lama dibentuk oleh pemerintah. Tapi dengan adanya sosialisasi seperti ini, kita ingin semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap bahaya kebakaran hutan. Karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri sampai ke pelosok,” ujar Robert Kardinal.

Meski skala kebakaran hutan di Papua Barat Daya relatif kecil dibandingkan daerah lain seperti Kalimantan dan Sumatera, namun politisi dari Partai Golkar  ini  menegaskan pentingnya upaya pencegahan sejak dini.

“Apakah kita harus tunggu sampai kebakaran besar baru bertindak? Tidak. Makanya masyarakat harus terus diedukasi, dibimbing supaya mereka bisa menyampaikan kepada tetangga, saudara, teman bahwa hutan ini harus dijaga,”ujar Robert Kardinal.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Teknis KSDA pada Balai Besar  KSDA Papua Barat Daya,  Johanes Wiharisno, S.Hut, MP mengatakan, dari kerja konservasi  yang dilakukan oleh MPA, pada akhirnya diharapkan tidak hanya diakui secara nasional tapi juga diakui secara internasional.

“Papua ini punya kekayaan alam yang luar biasa dan tidak hanya dipandang secara  nasional dan secara lokal di Papua saja, tetapi juga diakui secara internasional,”ujar Jahones Wiharisno.

Diungkapkan bahwa di Kabupaten Raja Ampat terdapat 8 kawasan konservasi, 7 cagar alam  dan satu suaka margasatwa. “Terindentifikasi ada 66 kampung berada di sekitar Kawasan,”tandasnya.

Lanjut dikatakan, bahwa setiap pulau di Raja Ampat memiliki keunikan dan kekhasan yang berbeda antara satu pulau dengan pulau  dengan lainnya.  Di Raja Ampat, ada  874 jenis tumbuhan yang telah diterindetifikasi, 9 tumbuhan endemic dan 6 tumbuhan yang dilindungai Undan-Undang. Selain itu juga terdapat 41 mamalia, 3 endemik dan 1 mamalia dilindungi.

Ia juga mengungkapkan, di Raja Ampat ada 274 jenis burung, 6 endemik dan 85 dilindungi. “Jadi memang kekayaan di Raja Ampat sangat luar biasa,”tandasnya.

Selain  Johanes Wiharisno, Sosialisasi MPA juga mengadirkan nara sumber Petrus Freddy, S.Hut, M.Ling (Kepala Seksi Perlindungan dan KSDAE pad Bidang Perencanaan, Pemanfaatan Hutan dan KSDAE Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan Provinsi Papua Barat Daya serta narasumber Kepala Balai Dalkarhut Maluku Papua, Ptianto, S,Hut M.Si.

Dalam sesi tanya jawab, sejumlah warga menyampaikan aspirasi dan harapan kepada pemerintah untuk mendukung program-program pemberdayaan masyarakat, khususnya terkait perlindungan hutan. 

Salah satu pertanyaan dimana warga minta kesejahteraan MPA diperhatikan. Menanggapi hal itu, Robert Kardinal  menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan aspirasi tersebut, dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan anggaran negara saat ini.

“Tentu kita akan upayakan, disesuaikan dengan kemampuan pemerintah. Kita sedang hadapi tantangan besar, terutama imbas perang di Timur Tengah yang berdampak pada anggaran nasional, termasuk biaya impor minyak kita yang sangat tinggi,”  jelasnya.

Ia juga menyinggung pentingnya transisi menuju energi baru terbarukan (EBT) dan percepatan penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari strategi nasional mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Meskipun kondisi global mempengaruhi situasi fiskal, Robert Kardinal mengapresiasi semangat dan kepedulian warga Sorong terhadap perlindungan hutan.

“Saya bisa lihat dari cara bertanya masyarakat bahwa mereka punya semangat luar biasa untuk menjaga wilayah mereka dari kebakaran hutan. Semangat seperti inilah yang jadi dasar utama untuk kita lanjutkan program bersama ini,” tandas Robert Kardinal. (min)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.